Latest News

Pertempuran Insiden Bendera Di Surabaya Hadir Dalam Monolog Ke V


KIM Mojo- Pertempuran Insiden Bendera Di Surabaya Hadir Dalam Monolog Ke V – Pernahkah anda menyaksikan pertunjukan yang di laksanakan diatap gedung..?.
Inilah yang akan di lakukan oleh Ananto Sidohutomo (budayawan sekaligus dokter) pada hari Selasa 19 September 2017, tepat pada pukul 19.00wib. Pertunjukan spektakuler ini di kemas dalam acara monolog ke V “ Pertempuran Insiden Bendera Di Surabaya tanggal 19-9-1945 “. Pertunjukan monolog ke V ini akan di lakukan oleh Dokter yang saat ini mengelola Museum kanker Indonesia ini bersama keluarga dan rekan-rekan-nya. Kegiatan ini di lakukan di situs menara bendera yang terletak di sisi utara Hotel Majapahit Kota Surabaya.

Sebagaimana di ketahui, bahwasannya Kota Surabaya ini mendapatkan julukan sebagai Kota Pahlawan karena besarnya nyali para pejuang dan semangat dari Arek-Arek Suroboyo pada tahun 1945. Saat itu, Belanda yang membonceng tentara Sekutu berusaha untuk mengganggu ketenangan dari rakyat Indonesia yang sedah menyatakan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Saat itu tentara Belanda yang bermarkas di Hotel Yamato (sekarang Hotel Majapahit) dengan sombongnya menaikkan bendera Merah – Putih – Biru di atas atap Hotel. Melihat bendera Belanda berkibar dengan pongahnya, Arek – Arek Suroboyo dengan marah mendatangi para serdadu Belanda untuk meminta bendera tersebut di turunkan. Hal ini di karenakan Indonesia telah menyatakan kemerdekaannya pada bulan lalu. Dengan alat seadanya Arek -Arek Suroboyo ini naik ke atas Hotel yamato dan merobek warna biru pada bendera tersebut.


Peristiwa ini lah yang kemudian oleh sejarah di catat sebagai Pertempuran Insiden Bendera Di Surabaya. Kejadian ini kemudian memicu terjadinya pertempuran yang di di menangkan oleh pihak Suroboyo. Kekalahan tentara sekutu ini kemudian membuat para pembesarnya di Kota Jakarta meminta gencatan senjata. Kemudian turunlah Presiden Soekarno ke Kota Surabaya untuk meredakan pertempuran yang terjadi. “Tindakan gencatan inilah yang kemudia membuat beberapa tokoh pejuang merasa mutung (marah) dan akhirnya menyingkir dari Kota Surabaya” tutur Ananto dalam jumpa Pers yang di gelar di ruang Bromo Hotel majapahit pada hari Senin (18-09-2017)

Namun menurut Ananto, kemenangan Arek – Arek Suroboyo dalam Pertempuran Insiden Bendera Di Surabaya ini kemudian menjadi inspirasi dan menimbulkan semangat berjuang bagi pemuda – pemuda di daerah lain. Sebut saja Palagan Ambarawa, Bandung Lautan Api dan beberapa pertempuran lainnya, mereka bertempur karena terinspirasi dari Pertempuran Insiden Bendera Di Surabaya ini” jelasnya. Berdasarkan fakta sejarah tersebut seharusnya Pertempuran Insiden Bendera Di Surabaya inilah yang bisa di peringati secara besar-besaran oleh warga Kota Surabaya.

Acara Monolog ini pertama kali di laksanakan oleh Ananto Siduhutomo pada tanggal 19 September 2013. Saat itu beliau dan beberapa pegiat budaya di Kota Surabaya prihatin karena masyarakat lebih mengenang tanggal 10 November 1945 daripada tanggal 19 September 1945 yang merupakan pertempuran pertama setelah Proklamasi Kemerdekaan. Acara ini dilaksanakan di lokasi asli dari Pertempuran Insiden Bendera Di Surabaya. Dan di kemas juga dalam tema ” Njejegno Tunjungan Ikon Surabaya “.

Dalam acara Monolog ke V Pertempuran Insiden Bendera Di Surabaya ini nantinya akan di tampilkan Monolog, Kidungan, Jula-Juli, Ludruk, Puisi serta musik dengan aneka genre (Pop, Rock, Jazz dan Blues). Seperti acara pada tahun sebelumnya nantinya sebelum acara di mulai akan di putar terlebih dahulu lagu-lagu perjuangan pada pukul 17.00wib. Sedangkan puncak acaranya akan di laksanakan tepat pada pukul 17.00wib.

Dalam press release kemarin Ananto juga menggandeng beberapa komunitas yang ada di Kota Surabaya ini. Mulai dari


  • Komunitas Sepeda Tua Indonesia (Kosti),
  • Komunitas Laterha
  • Surabaya Community Pahlawan
  • Komunitas CB-150R yang bertanggung jawab sebagai pengatur penonton dan kelancaran lalu lintas yang akan melihat pertunjukan monolg ini.
  • Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) sebagai Media Patner
  • Relawan Surabaya yang bertugas untuk keamanan personel yang naik di atas atap.
  • Surabaya Drone Community sebagai pengambil film
  • Indorunner Surabaya
  • Komunitas Wani Mancal
  • Komunitas Pemerhati dan Penelusur Sejarah dan lain-lain

Perhatian khusus memang di berikan oleh Relawan Suroboyo yang bertugas untuk menjaga keselamatan pengisi acara di atas atap Hotek Yamato ini. Hal ini di karenakan hembusan angin yang cukup kencang pada malam hari serta lantai dek yang sudah “berumur”. “Ini adalah gedung tua, dan lapisan deknya tidak terlalu tebal, jadi maksimal yang bisa naik di atasnya hanyalah maksimal 20 orang saja” tutur Leo ketua Relawan Suroboyo. (Yanuar Yudha).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KIM MOJO SURABAYA Designed by Templateism.com Copyright © 2014

Diberdayakan oleh Blogger.