Pulang Umrah, Derita Batuk, Sesak Napas, dan Panas Tinggi
SURABAYA - Warga Surabaya harus mewaspadai masuknya middle east respiratory syndrome corona virus (MERS-CoV). Seorang perempuan bernama Walipa, 54, saat ini dirawat intensif di ruang isolasi RSUD dr Soetomo. Dia diduga terpapar virus yang sedang mewabah di Arab Saudi tersebut.
Dokter telah mengambil sampel dahak perempuan yang baru pulang umrah itu untuk mengetahui ada tidaknya virus tersebut.
Kustin, anak Walipa, mengungkapkan, ibunya itu pulang umrah Selasa (6/5). Saat itu dia mengalami gejala yang mirip suspect MERS-CoV.
Suhu badannya panas serta menderita batuk dan sesak napas.
Walipa langsung dibawa ke RSU Haji Surabaya. Kamis malam (8/5) perempuan yang tinggal di Dupak, Krembangan, Surabaya, tersebut dirujuk ke RSUD dr Soetomo.
Menurut Kustin, sebelum berangkat umrah, ibunya sehat-sehat saja. Tapi, ketika di Tanah Suci, Walipa tidak mau memakai masker. ''Kata ibu, itu bikin susah napas,'' ujarnya di RSUD dr Soetomo sore kemarin.
Selama menunggui ibunya, Kustin terlihat berada luar ruang isolasi yang steril. Dia melihat ibunya yang sedang berbaring lemah lewat monitor CCTV (closed circuit television). Di tempat itu, Walipa terbaring dengan masker oksigen di mulut dan hidung.
Wakil Direktur Bidang Pelayanan Medis RSUD dr Soetomo dr Kohar Hari Santoso SpAn mengungkapkan, belum ada perubahan kondisi terakhir Walipa hingga sore kemarin. Badannya masih panas, sedikit batuk, dan masih sesak napas. Dokter yang menangani bertindak cepat untuk memastikan penyebab penyakit yang diderita Walipa itu. ''Kami diagnosis pakai swap test. Kami ambil dahak dari paru-parunya untuk melihat bakteri atau virus yang ada,'' jelasnya.
Hasil diagnosis bakal keluar hari ini. Tim dokter akan menangani setelah melihat hasil diagnosis. ''Kami belum bisa pastikan penyebabnya apa,'' imbuhnya.
Penanganan dokter saat ini difokuskan untuk mengatasi gejala yang muncul. Misalnya, bila mengeluh sesak napas, pasien akan diberi obat antisesak napas. Begitu pula, bila pasien mengalami batuk-batuk, dokter akan memberikan obat batuk. Selain itu, dokter memberikan multivitamin untuk meningkatkan imunitas tubuh. ''Pasien juga kami sarankan untuk banyak istirahat,'' tuturnya.
Walipa yang dirawat di ruang isolasi itu diperlakukan secara khusus. Tak sembarang orang boleh masuk, termasuk keluarga sekalipun. Dokter yang menangani juga harus menggunakan baju khusus yang steril. Untuk memantau kondisi pasien setiap saat, telah dipasang kamera CCTV di dalam kamar tersebut. Dokter bisa melihat kondisi Walipa dari layar monitor di ruang jaga.
Kepala Dinas Kesehatan Jawa Timur Harsono mengaku sudah menerima laporan tentang adanya seorang pasien yang suspect MERS-CoV. Namun, sebelum ada diagnosis pasti dari tim dokter, dia belum bisa memastikan. ''Belum dipastikan. Masih dugaan,'' ungkapnya.
Tapi, bila kelak memang Walipa benar-benar terjangkit MERS-CoV, Dinkes Jatim akan langsung menetapkan status kejadian luar biasa (KLB). Sebab, virus yang menyerang imunitas tubuh itu belum pernah ada di Jawa Timur.
Sejauh ini, Dinkes Jatim juga telah menyiapkan langkah penanganan awal. Misalnya, menyiapkan lima rumah sakit yang menerima pasien suspect MERS-CoV. Yakni, RSUD dr Soetomo Surabaya, RSU Haji Surabaya, RSUD dr Saiful Anwar Malang, RSD dr Soebandi Jember, dan RSUD dr Soedono Madiun. Seluruh rumah sakit itu telah dilengkapi ruang isolasi memadai untuk penanganan pasien.
Harsono mengungkapkan, jamaah umrah atau orang yang baru bepergian dari Timur Tengah memang harus waspada. Bila pulang dalam kondisi badan panas lebih dari 38 derajat Celsius, batuk-batuk, dan sesak napas, mereka harus masuk rumah sakit. Pemeriksaan intensif harus dilakukan untuk memastikan gejala itu.
Dia menyebutkan, gejala-gejala tersebut bisa muncul dalam 5-15 hari. Jadi, bila dalam kurun 15 hari setelah umrah atau bepergian ke luar negeri mengalami gejala panas, batuk-batuk, dan sesak napas, mereka harus periksa ke dokter.
Bagi mereka yang berencana berangkat umrah atau bepergian ke Timur Tengah, sampai saat ini belum ada larangan resmi. Dinkes Jatim hanya mengimbau agar warga yang berusia lebih dari 65 tahun atau yang belum berusia 12 tahun untuk tidak umrah dulu. Sebab, imunitas tubuh pada usia itu biasanya lemah. Mereka yang sedang sakit juga tidak disarankan berangkat. ''Sebab, yang diserang MERS-CoV itu imunitas tubuh,'' terangnya.
Imbauan tersebut, lanjut Harsono, telah disosialiasikan pula kepada biro perjalanan dan umrah. Diharapkan, orang-orang yang memang berniat berangkat umrah bisa menjaga kesehatan. Salah satunya memakai masker selama di Arab Saudi. (jun/bir/c5/nw)
Datang dari LN Harus Lewati Sensor
- Penumpang yang tiba di terminal kedatangan T2 dan yang pulang umrah di T1 harus melewatithermal scanner.
- Sensor thermal scanner akan berbunyi bila mendeteksi penumpang dengan suhu di atas 38 derajat Celsius.
- Jika terdeteksi, petugas bandara akan membawa penumpang ke ruang isolasi.
- Penumpang diperiksa suhu tubuh dan dibantu alat pernapasan bila terjadi sesak napas.
- Dokter bandara akan mengambil sampel dahak untuk diperkisa di Litbang Kesehatan Jakarta.
- Bila dalam 30 menit panas tidak turun, penumpang akan dirujuk ke RSUD dr Soetomo.
- Pasien yang suspect MERS-CoV mendapat perawatan khusus di ruang isolasi RSUD dr Soetomo.
- Dokter RS akan melakukan serangkain tes untuk memastikan virus MERS-CoV sebelum melakukan tindakan selanjutnya.
- Keluarga pasien atau orang terdekat disarankan menggunakan masker untuk menghindari penularan.
- Kondisi tubuh orang terdekat harus tetap fit dengan asupan nutrisi yang cukup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar