Latest News

Mbah Peni Tambal Ban Ujung Kampung Jojoran Berhati Mulia

Terik panas sang surya menyengat kulit, gulung tetes keringat deras mengalir, menghias bidang wajah, legam lengan usir lelah letih yang kerap merayu, karena sang harapan yang senantiasa menggelitik bayang ikhtiar, senyum selalu tersuguh pada pelanggan yang ingin mendapat jasanya, baik yang tua, muda bahkan anak-anak dilayani dan diterima dengan humoris dan mengutamakan keakraban, kenyamanan pelanggannya. 
Tidak pernah menyerah meski dalam masa pandemi, berjuang dan berjuang dengan gelora semangat tersemat di dadanya, saat redaksi berkunjung dan mengobrol tentang kesehariannya yang menarik, mengawali pembicaraan mengenai hasil pendapatan perharinya, beliau tersenyum dengan khasnya, "yang penting bisa buat makan, mas dan bertahan hidup" ungkapnya. Jawaban tersebut sudah melegakan, namun redaksi pingin lebih detail hingga beliau menyebut angka, " jika sepi dapat sekitar 20ribu-30ribu kalau rame bisa mencapai 80ribu-100ribu", begitu mbah peni dengan sapa akrabnya menyampaikan pada redaksi kimmojo.



Saat asyik ngobrol, datang seorang anak berjalan perlahan sambil menuntun sepeda anginnya dan menghampiri lapak yang beratap terpal milik Mbah peni, bergegas sambut ramah "knek opo, le" kenapa, nak, "yoo.  bocor, mbah... mangkane digowo rene" saut anak dengan nada angkuhnya, menurut redaksi. namun mbah peni tidak mempermasalahkan atau merasa direndahkan, "iku paling mok jojoh paku, yo.... le", mungkin kamu tusuk paku, ya... nak, "yoo, nggak lah, mbah" saut anak tersebut dengan frontal.



Proses penambalan telah dikerjakan, mbah peni waktunya menerima ongkos jasanya, "piro, mbah?" tanya anak tersebut, "pitong ewu" tujuh ribu saut mbah peni, mendengar ongkosnya sebesar itu, raut wajah itu kebingungan, sebab hanya diberi uang oleh orang tuanya lima ribu rupiah, "wis ngga popo, limang ewu, ae" sudah tidak apa-apa lima ribu rupiah saja, terselamatkan muka malu anak tersebut, herannya tidak mengucapkan terima kasih walau sudah diberi keringanan.

Selang beberapa saat datang seorang pemuda berpostur subur ke lapak, sebut saja namanya Firman(30 tahun) pemuda pengangguran yang baru beberapa bulan terkena PHK dari tempatnya bekerja, bersamaan hadirnya, mbah peni pamit meninggalkan lapak untuk membeli bahan bakar mesin untuk sepeda motornya, saat mbah peni pergi meninggalkan lapaknya, ada 3-5 kendaraan bermotor yang membutuhkan jasa menambah angin pada rodanya, pemuda tersebut yang membantu mengisinya, mendapatkan uang jasa sebesar sepuluh ribu.

Mbah Peni selesai mengisi BBM kendaraan bermotornya, si pemuda tersebut menyodorkan uang jasa menambah angin dari 3-5 kendaraan, "wis, nggowoen iku rejeki, koen kerjo iku hasile lak butuh duit mreneo, lak onok wong butuh angin, koen sing ngumpo" sudah bawa saja itu rejeki, kamu kerja itu hasilnya, kalau butuh uang datang kesini, kalau ada orang butuh angin, kamu yang mompa, ujar mbah peni dengan khasnya sambil tersenyum, pemuda tersebut merasa senang ada yang perhatian padanya, dan redaksi kimmojo menyaksikan bahwa tambal ban ujung kampung Jojoran Berhati mulia pada sesama.


Dkumtasi/PnulisCakpul/kampoengsamba/kimmojo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KIM MOJO SURABAYA Designed by Templateism.com Copyright © 2014

Diberdayakan oleh Blogger.